Menjemput Kenangan, Manusia Terikat dengan Tempat Lamanya, Studi Pustaka Komunikasi Lintas Budaya
Penulis: Frederikus Suni
Menjemput Kenangan, Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Manusia senantiasa mengenang di mana mereka pernah tinggal, belajar atau bekerja.
Berdasarkan penelitian Milligan (1998), mengatakan orang terikat kepada tempat lama mereka.
Karena di tempat lama, ada keterikatan emosional, entah seseorang pernah mengalami peristiwa yang sangat menyenangkan hingga peristiwa yang sangat menyakitinya.
Di satu sisi, kita juga terikat dengan tempat lama karena ada pertemuan, canda tawa, berbagi cerita, bepergian, makan bersama, ngopi bareng teman, pacar, kenalan, sahabat hingga terjalinlah apa yang dinamakan dengan akulturasi.
Apa itu akulturasi? Berdasarkan penjelasan dari KBBI, akulturasi merupakan proses masuknya kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha untuk menolaknya.
Untuk menjabarkan topik pembahasan tersebut, penulis akan menggunakan studi pustaka. Di samping penulis juga akan mengkomposer sebagian kecil pengalaman penulis sendiri, ketika penulis masih tinggal dan belajar di kota Malang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Karena penulis menyakini, bahwasannya kolaborasi antara studi pustaka dan pengalaman nyata akan memberikan data yang valid dan bervariasi untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Komunikasi Kebudayaan.
Pertama-tama, kita akan melihat bersama, pengertian dari studi pustaka itu sendiri.
Studi pustaka merupakan kegiatan akademik yang bertujuan untuk mendaur ulang atau teknik mengumpulkan bahan bacaan dari berbagai literatur dengan tujuan untuk mendapatkan perspektif baru (novelty) dalam bidang penelitian.
Sebagaimana yang penulis sampaikan di bagian lead (paragrap pembuka/pertama) tulisan ini, bahwasannya manusia pada dasarnya terikat secara emosional dengan tempat lamanya.
Karena ada kenangan seputar interaksi mereka bersama kebudayaan baru, situasi dan kondisi baru, tatanan sosial yang baru dan lain sebagainya.
Elaborasi antara ragam atraksi atau kegiatan tersebut ikut menampilkan sejuta kenangan terindah dalam diri (subjek) yang pernah tinggal di tempat baru.
Artinya, kita semua punya kenangan di tempat yang lama.
Berkaca pada pengalaman perjumpaan Prof. Deddy Mulyana (Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad 2008-2016), ketika menjumpai kenangan lamanya di DeKalb. DeKalb merupakan kota kecil berjarak 100 kilometer di sebelah Barat Chicago.
Dalam keheningan, Prof Deddy membayangkan atau memvisualisasikan sejuta kenangan, kala tinggal dan belajar bersama rekan seperjuangannya, mulai dari Malaysia, Maroko, Palestina hingga Mesir.
Lebih emosionalnya adalah Prof Deddy ikut meneteskan air mata. Karena di Muslim House tersebutlah, ia diterpa dengan ragam kehidupan hingga mengenal kebudayaan lintas budaya dan profesi yang pada akhirnya ikut memperkaya tulisannya dalam buku "Komunikasi Lintas Budaya."
Senada dengan pengalaman akulturasi penulis selama tinggal dan belajar di kota Malang, Jawa Timur dari tahun 2014 - 2019.
Dalam kurun waktu tersebut, penulis mendapatkan banyak pelajaran hidup. Mulai dari pengenalan akan kebudayaan sesama (berbagai kebudayaan Nusantara), pengalaman perjumpaan lintas agama, peristiwa jatuh dan bangunnya selama menempuh studi di kota Apel tersebut hingga pada akhirnya, pengalaman-pengalaman itulah yang ikut memperkaya diri penulis dalam memandang kehidupan.
Ketika tahun 2019, penulis memutuskan untuk hijrah atau pindah ke kota metropolitan Jakarta, tepatnya dalam perjalanan dengan menggunakan moda transportasi Kereta Api, di situlah penulis merasakan arti dan pentingnya kota Malang dalam hidupku.
Bagaimana tidak, bertahun-tahun, penulis diterpa dan dibekali dengan ragam pengalaman hidup di kota Malang, dalam sekejap penulis memutuskan untuk pergi meninggalkan sejuta impian dan mimpi yang belum tercapai.
Tepatnya saat penulis menginjakkan kaki pertama kali di stasiun Senen Jakarta Pusat, di situlah penulis meneteskan air mata.
Karena penulis lebih nyaman tinggal di kota Malang. Cintaku pada kota Malang sama halnya dengan kota kelahiranku Kefamenanu, Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Namun, karena tuntutan hidup, mau tidak mau, penulis harus membuka lembaran baru di kota metropolitan Jakarta hingga saat ini.
Intisari dari tulisan ini adalah, ke manapun kita pergi, kita selalu terikat dengan masa lalu. Terutama tempat di mana kita pernah tinggal, belajar dan bekerja.
Sebagaimana pengalaman kerinduan dari Prof Deddy dan juga penulis yang sudah sejak muda memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung halaman tercinta.
Posting Komentar untuk "Menjemput Kenangan, Manusia Terikat dengan Tempat Lamanya, Studi Pustaka Komunikasi Lintas Budaya "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat