Nyadu atau Ipar Laki, Asimilasi dari Bahasa Portugis dan Bahasa Atoin Meto di Timor Indonesia

Penulis: Frederikus Suni

Nyadu/Kunyadu sebutan Atoin Meto untuk ipar laki-laki. Momen pernikahan Ladis Siki dan Sela Binsasi di Paroki St. Philipus Rasul Teluk Gong Jakarta Utara. Foto sekaligus Digital Imaging dari Frederikus Suni/tafenpah.com

Tafenpah.com – Pulau Timor di bagian Tenggara Indonesia ini, sejak abad ke-15 dikuasai oleh bangsa Portugis, lalu menyusul abad ke-16, Belanda pun menduduki kota Kupang dan sekitarnya. 

Selama perebutan kekuasaan oleh kedua bangsa asing tersebut, warga yang berada di Sunda Kecil tersebut berafiliasi dengan kebudayaan Belanda dan Portugis.

Untuk membagi wilayah Timor secara adil oleh kedua bangsa, maka terbentuklah beberapa perjanjian penting, yakni; Perjanjian Lisboa pada tahun 1859 dan 1893.

Hasil dari Perjanjian Lisboa adalah Timor Barat, mulai dari Kabupaten Timor Tengah Utara, Belu, Timor Tengah Selatan hingga kota Kupang (kini menjadi Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi wilayah kekuasaan Belanda atau yang dikenal dengan sebutan Timor Belanda).

Sedangkan, Timor Timur (Mantan provinsi ke-27 Indonesia) yang sejak 20 Mei 2002 menjadi Negara Demokratik Timor Leste masuk dalam wilayah kekuasaan Portugis, sebutan lain adalah Timor Portugis.

Meskipun demikian, hingga saat ini, Timor Barat/NTT, secara khusus kota Kupang dan sekitarnya yang berada di pulau Timor, lebih condong mengadopsi kebudayaan Portugis.

Hal itu dapat dibuktikan dengan asimiliasi atau pembauran istilah/penyebutan bahasa keseharain etnis Dawan Timor Indonesia.

Salah satu kosakata yang biasanya dipakai oleh warga Atoni Pah Meto/Atoin Meto (Kelompok masyarakat yang tinggal di daratan kering) adalah Nyadu.

 


Etimologi Nyadu/Kunyadu dari Bahasa Portugis

Nyadu atau Kunyadu dalam bahasa Portugis adalah CUNHADO. Lalu, kosakata Portugis ini perlahan menjadi istilah umum yang biasanya disematkan kepada saudara/ipar laki-laki.

Terkait dengan kronologi kapan dan tokoh pertama yang menggunakan istilah nyadu/kunyadu dalam bahasa keseharian warga di kota Kupang dan sekitarnya, penulis pun tidak mengetahuinya dengan pasti.

Akan tetapi, merujuk pada era kekuasaan Portugis di abad ke-15, penulis pun mengambil hipotesa atau kesimpulan sementara bahwasannya istilah Cunhado (bahasa Portugis), perlahan tapi pasti diadopsi oleh etnis Dawan.

Relevansi Nyadu/Kunyadu di Abad 21

Menurut Harris, Moran dan Moran, dewasa ini hanya 10 % di dunia rasial atau etnik homogen (Moodian, 2009:4).

Artinya percampuran lintas budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah menjadi hal biasanya di tengah masyarakat.

Untuk itu, memahami komunikasi lintas budaya sangat diperlukan oleh setiap warga Negara. Apalagi, kita tidak pernah tahu, kapan, di mana dan dengan siapa nantinya kita jatuh cinta, kan?

“Tanpa pemahaman antarbudaya, seseorang yang tinggal dalam budaya lain hanya akan mengalami frustasi dan bahkan kegagalan dalam pekerjaan mereka,” tulis Prof. Deddy Mulyana dalam buku ‘Komunikasi Lintas Budaya.

Sebagai warga diaspora NTT yang saat ini tinggal di DKI Jakarta, penulis melihat dan mengamati fenomena pernikahan lintas budaya pun sudah menjadi hal biasa.

Untuk itu, pendekatan sederhana, terutama dalam memahami istilah umum yang berlaku di dalam budaya orang lain, menjadi syarat mutlak bagi siapa pun.

Karena hanya dengan cara demikian lah, kita pun akan menemukan berlian-berlian berharga. Lebih jauhnya, relasi kita bersama keluarga besar istri atau suami pun semakin harmonis.

Jadi, teruntuk siapa saja yang sedang atau nanti serius meminang nona-nona (perempuan) dari Timor, artikel ini merupakan pintu menuju relasi yang mesra bersama ipar laki-laki.

Karena bagaimana pun juga, ipar laki-laki adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam kehidupan pernikahan Anda, selain orang tua dan orang yang Anda cintai.

Untuk informasi seputar kearifan local budaya Timor NTT, pembaca juga dapat menikmati tontonan 

Youtube:TafenpahGroup

TikTok: @tafenpah.com


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Nyadu atau Ipar Laki, Asimilasi dari Bahasa Portugis dan Bahasa Atoin Meto di Timor Indonesia"