Catatan Redaksi Tafenpah Group: Mendobrak Dominasi Konten Politik dengan Sinergitas Kreator Konten Lokal untuk NTT Jaya

Penulis: Frederikus Suni

Pesona nona Sumba dan atribut lokalnya yang memanjakan mata desainer fashion. Lokasi Kampung Adat Praijing, Sumba Barat. Sumber/foto: Instagram @fons_sumba


Tafenpah.com - Konten politik belakangan ini mendapatkan perhatian besar di mata warga Indonesia, khususnya warga Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Isu-isu seputar keberadaan partai politik, calon legislatif dan kampanye menjadi topik terseksi di media arus utama maupun jagad maya.

Ironisnya, konten politik berhasil menenggelamkan konten-konten lokal yang secara fokus menyajikan potretan keseharian masyarakat di wilayah tertentu.

Jika, persoalan ini tidak ditanggapi serius oleh seluruh pemangku kepentingan, terutama pegiat literasi digital, akademisi dan pakar antropolog di negeri ini, jangan salahkan generasi alpha, bila mereka minim pengetahuan seputar kearifan lokal budaya dari mana mereka lahir dan dibesarkan.

Tentu saja problematika ini kian rumit!

Pasalnya, media arus utama yang sejatinya ikut mencerdaskan generasi bangsa, terlebih menularkan literasi positif terhadap generasi muda yang cinta budayanya, justru terjebak dalam komunikasi dan dominasi parpol tertentu.

Untuk lebih jelasnya, silakan pembaca telusuri pemberitaan media arus utama dan juga penyiaran di seluruh stasiun televisi Indonesia, kebanyakan berita itu difokuskan pada pasangan atau kandidatnya.

Netralisir pemberitaan makin dikesampingkan. Karena setiap orang ataupun kelompok berjuang untuk memenangkan jagoannya.

Untuk itu, segala jenis jalan yang kurang etis pun dimainkan, meskipun mengorbankan etika dan moral.

Lebih mencemaskan lagi, pemberitaan di media arus utama dan pertelevisian Indonesia makin menonjolkan isu politik, ketimbang kekhasan budaya nusantara.

Imbas dari persoalan di atas juga dirasakan oleh warga NTT.

Memang, berbicara mengenai topik politik, warga NTT, mulai dari anak sekolahan, mama-mama, bapak-bapak sangat bersemangat. Apalagi mahasiswa.

Umumnya, mahasiswa di NTT akan menghabiskan waktu produktifnya hanya untuk membicarakan politik. Meskipun itu bukan jurusannya.

Memang tak salah. Tapi, mahasiswa sebagai penerus tongkat estafet tradisi kearifan lokal budaya NTT, justru mengesampingkan eksistensi budayanya sendiri.

Inilah penyakit mahasiswa masa kini di NTT.

Paradigma atau jalan pikir ini, memang tidak mengindikasi bahwasannya semua mahasiswa di NTT suka membicarakan topik politik.

Ada yang bersikap acuh tak acuh, alias masa bodoh dengan informasi politik.

Namun, sebagian besar menaruh minat yang besar pada informasi politik.

Sah-sah saja. Tapi, ke manakah kita akan membawa kearifan lokal budaya yang tak lain adalah manivestasi atau perwujudan dari eksistensi diri kita sebagai mahkluk yang hidup dari budaya?

Itulah pertanyaan yang coba admin Tafenpah Group ulas pada kesempatan ini.


Menalar Dominasi Konten Politik dengan Pikiran Terbuka

Terbuka dengan informasi politik adalah sesuatu yang patut kita acungi jempol.

Namun, kita juga perlu menakar diri kita. Terutama kita pun harus membatasi ruang obrolan seputar politik.

Karena belum tentu, pasangan yang kita idam-idamkan dan perjuangkan, ketika mendapatkan kursi akan memperhatikan kita.

Justru, ketika pasangan tersebut mendapatkan apa yang ia dan keluarganya kejar, mereka akan melupakan kita!

Itulah kenyataan yang terjadi di bumi NTT. 

Anehnya, warga yang memilihnya tak pernah kapok dengan permainan politikus tertentu.

Untuk itu, saatnya kita lebih waspada dan memilih pemimpin yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Bukan pandai bersilat lidah di depan layar kaca televisi.

Pandai beretorika itu adalah kemampuan seorang pemimpin. Akan tetapi, akan jauh membahagiakan, bila pemimpin tersebut bekerja nyata dan tetap melestarikan kearifan lokal budayanya.


Sinergitas Kreator Konten Lokal Perlu Ditingkatkan demi NTT Jaya

Bangsa yang besar tidak akan pernah melupakan sejarahnya.

Senada, maju dan berkembangnya wilayah tertentu, juga dibarengi dengan kecintaan generasinya terhadap kearifan lokal budayanya.

Sebagai contoh: Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Cina dan negara maju lainnya berhasil membangun sumber daya manusianya yang berbasiskan pada pemahaman teknologi dan kearifan lokal budayanya.

Makanya, dominasi mereka dapat menjangkau seluruh dunia.

Karena mereka berhasil menyatukan segala perbedaan dengan tetap berpegang pada prinsip kearifan lokal budayanya.

Dari sejumlah negara besar di atas, kita juga perlu melihat kemajuan pariwisata pulau Dewata Bali.

Masyarakat Bali berhasil menjual budayanya dengan cara yang efektif tanpa kehilangan jati dirinya, terlebih di bidang pariwisata.

Imbasnya, banyak turis dari belahan dunia manapun datang dan mempelajari seni dan budaya Bali.

Lantas, bagaimana dengan seni dan budaya kita sebagai orang NTT?

Dulunya kita terbelakang, meskipun di NTT tidak pernah kekurangan orang cerdas.

Namun, perlahan kita membuka diri dengan pengelolaan kearifan lokal warga Bali dan etnis lainnya.

Manfaatnya, pariwisata dan aspek lainnya ikut berkembang. 

Kemajuan pariwisata NTT tidak pernah lepas dari kontribusi kreator konten.

Mereka (kreator konten) tak pernah lelah dalam berkarya, demi memajukan tanah Flobamora.

Selain itu, sinergitas kreator konten bersama warga juga merupakan kunci penting dalam memajukan nama NTT hingga mancanegara.

Terlepas dari keberadaan hewan raksasa, Komodo, sejuta pantai NTT yang berlatarkan view memanjakan mata, ribuan padang sabana yang indah dan cantik sampai pada keeksotikan seni dan budaya NTT.

Untuk itu, menjelang era society atau revolusi industri 5.0 dan pesta demokrasi 2024 ini, sinergitas antar kreator konten, pemerintah, swasta dan warga perlu ditingkatkan lagi.

Terlebih kita perlu mendukung dan terus mempromosikan konten-konten lokal kita sesuai dengan kreativitas kita masing-masing.

Rugi lah, bila kita tidak memanfaatkan media sosial dan kemajuan teknologi informasi saat ini untuk meningkatkan kreativitas kita di bidang seni dan budaya khas NTT.

Disclaimer: Tulisan ini tidak bermaksud menggurui, mengajarkan, apalagi menyudutkan pihak manapun.

Melainkan, tulisan ini sebagai umpan bagi kita untuk lebih menghargai kekayaan kearifan lokal budaya kita dengan ikut mempromosikannya di tengah persaingan dan dominasi budaya dan politik dari luar NTT.

Salam literasi.






Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Catatan Redaksi Tafenpah Group: Mendobrak Dominasi Konten Politik dengan Sinergitas Kreator Konten Lokal untuk NTT Jaya"