Akhirnya Sold Out Para Single Indonesia Bersama Aplikasi Kencan Tinder
Ilustrasi sold outnya para single Indonesia di tahun 2022 bersama aplikasi kencan Tinder | @SoloPos |
Situationship, Nilai Yang Sama, dan Punya Kesadaran Sosial Menjadi
Kriteria ‘Green Flags’ bagi Para Lajang Yang Nggak Ingin Buang Waktu dalam
Berkencan
Jakarta, Tafenpah.com - Kenyataannya, tahun 2021 belum sepenuhnya kembali normal seperti yang kita bayangkan - masker masih jadi barang wajib sehari-hari, dan orang-orang berburu tempat vaksin seperti berburu tiket konser. Tahun 2022 memberi secercah kegembiraan untuk kembali menikmati kehidupan ‘di luar sana’, untuk membayar waktu yang terbuang selama lockdown.
Aktivitas sosial
seperti traveling dan acara offline meningkat pesat, termasuk
berkencan. Jutaan anak muda yang mulai berkencan saat pandemi menunjukkan bahwa
mereka sudah siap kembali bersosialisasi di kehidupan nyata. Dan berbeda dengan
generasi sebelumnya, generasi zaman now
punya cara tersendiri dan menyikapi segala lika-liku permainan dalam berkencan.
Papri Dev, Tinder APAC Comms Head mengatakan, “Tahun ini para single di Indonesia menunjukkan energi yang lebih bersemangat dalam berkencan. Setelah melalui pandemi, menguji kecocokan (vibes) satu sama lain lewat interaksi langsung terasa semakin penting, seperti yang kita lihat dari tingginya antusiasme terhadap konser dan aktivitas outdoor, tidak sekedar kencan makan malam biasa.
Diadona |
Kami melihat para lajang menjalani
kehidupan kencan dengan lebih baik, seiring mereka mampu melihat ‘green flags’
dari calon pasangan mereka, dan menerima Situationship sebagai gaya kencan yang
baru.”
Di
penghujung tahun 2022, Tinder berbagi temuan Year in Swipe terbaik, mulai dari
status hubungan yang lagi viral dan pandangan terhadap isu sosial, sampai emoji
yang paling banyak bermunculan pada fitur chat Tinder. Cari tahu di sini:
10 Tren Penting Tinder
di 2022 |
#1. Situationship dianggap sebagai status hubungan yang valid. Tahun ini, para lajang masih menjalani lika-liku percintaan, tapi mereka ingin kesepakatan yang jelas.
Situationship adalah hubungan kasual
yang dianggap memiliki definisi lebih jelas; lebih dari hookup, namun di saat yang sama, bukanlah hubungan tradisional.
Label hubungan ini mulai nge-tren di tahun 2022. Tinder menemukan, member yang menuliskan tujuan hubungan
di profil mereka meningkat sebesar 49%1. Kemudian 1 dari 102
lajang yang disurvei, mengaku memilih Situationship sebagai cara memulai
hubungan yang tidak terlalu bikin tertekan.
#2.
Nilai positif jadi poin plus. Walaupun sebelumnya lebih dikenal sebagai emoji untuk simbol parkir, 🅿️ telah
beralih fungsi menjadi emoji yang merepresentasikan punishing P dan
menjadi trending emoji nomor 1 secara
global di Tinder pada tahun ini. Merupakan pergeseran yang menarik dari tren
emoji di tahun-tahun sebelumnya ( 🤦pada 2019, 🤷pada 2020, dan 👀pada
2021), para member beralih ke 🅿️
untuk membuat orang lain tahu nilai positif yang mereka cari.1 Di Indonesia,
para member paling banyak menggunakan
emoji 👻
(hantu) dan 😉 (mata berkedip), serta ✨(kilauan).
#3. Dinner biasa mulai ditinggalkan. Aktivitas yang dilakukan saat pandemi nampaknya akan bertahan. Tinder member di Indonesia memilih ‘Jalan-jalan’ (74%), ‘Nge-date ke Acara Musik’ (21%), dan ‘Kulineran’ (57%) sebagai aktivitas first date favorit mereka. Kemudian ‘Olahraga Outdoor’ (27%) sebagai aktivitas nge-date saat musim panas.
Mereka mencari aktivitas yang lebih autentik untuk saling mengenal satu sama
lain, nggak hanya dinner bareng saja.
Ada juga ide nge-date seru lainnya yang jadi tren global di Tinder, antara
lain, Camping, BBQ-an, mencoba
hal-hal baru, dan kuliner kaki lima.
#5. Humoris, fresh, dan apa adanya itu menarik banget. Selera
humor menjadi hal yang paling dicari para member
dari calon match mereka. 73%2
anak muda (global) mengaku mereka mencari orang yang punya keinginan jelas dan
berpenampilan bersih. Saat ditanya kriteria paling penting dari pasangan,
mereka memprioritaskan kualitas berbasis nilai, seperti loyalitas (79%), saling
menghargai (78%), dan berpikiran terbuka (61%) dibandingkan fisik (56%)3.
Sama
halnya di Indonesia, para single juga melihat banyak hal di luar mindset lama
‘bibit, bebet, bobot’. Mereka mencari calon pasangan yang punya pemikiran
terbuka dan bisa menerima (79%), dapat dipercaya (68%), dan bisa berbagi selera
humor yang sama (64%).
#6. Pandangan terhadap isu sosial bisa
mempengaruhi hubungan. Tiga
perempat (75%) lajang mencari pasangan yang menghargai dan mengamati isu sosial2.
Aktivisme dan Hak Pemilih menjadi dua Minat yang meningkat masing-masing
sebanyak 84% dan 37% pada profil member
Tinder global di tahun ini.
#8. Emoji 🚩dan 🌫️ menjadi trending karena alasan yang baik. Hubungan toxic bukanlah hal yang baru. Banyak tips dan temuan di media sosial yang menunjukkan bahwa anak muda lajang kini lebih paham tentang hal baik, buruk, dan jelek dalam berkencan. Lebih dari setengah (58%) dari anak muda yang disurvei mengatakan bahwa mereka mampu mengenali green flags atau red flags2 saat berkencan.
Di
tahun 2022, para lajang akhirnya merasa cukup, dan jadi lebih peka terhadap red flags dan green flags, dan penilaian kita jadi lebih baik karenanya. Member Tinder dapat mengecek pusat keamanan untuk informasi lebih lanjut tentang cara
berkencan yang lebih sehat dan aman.
#9. Revenge travel jadi populer di Tinder. Setelah pandemi pada dua tahun terakhir, para lajang akhirnya kembali memiliki kesempatan untuk menjelajahi bagian dunia lainnya dengan pembatasan yang lebih longgar, atau bahkan tanpa pembatasan sama sekali.
Para member Indonesia berusia 18-25 tahun rata-rata menggunakan Tinder
Paspor sebanyak 9 kali tiap bulannya5 ke beberapa destinasi
internasional, seperti Singapura, Korea
dan Malaysia1. Sementara untuk destinasi lokal, kota-kota seperti
Jakarta, Bandung, dan Bali menjadi tiga destinasi teratas.
Posting Komentar untuk "Akhirnya Sold Out Para Single Indonesia Bersama Aplikasi Kencan Tinder"
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat