Tuhan Kasih Apa Yang kita Butuh, Bukan Yang Kita Inginkan!
Tafenpah.com |
Tafenpah.com – Ekspektasi selalu bertolak belakang dengan realita. Tuhan kasih apa yang kita butuhkan, bukan kasih apa yang kita inginkan!
Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Sejak tahun 2019, saya memutuskan untuk resign atau keluar dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang.
Status atau profesi saya waktu itu adalah seorang Seminaris (Frater) Societas Verbi Divine (SVD) di Seminari Tinggi SVD Surya Wacana Malang.
Tentu saja keputusan itu mudah bagi saya tetapi berat bagi orang tua saya di kampung halaman. Karena kebiasaan masyarakat di kampung saya adalah menceritakan kegagalan seseorang yang keluar dari Seminari atau gagal dalam bidang apa pun.
Saya hanya memikirkan orangtua dan juga keluarga yang telah mendukung saya hingga pada fase tersebut. Mereka pasti sulit untuk menerima keputusan saya. Apalagi orangtua saya yang harus menanggung beban moral.
Ayah saya sampai jatuh sakit karena merasa malu dengan lingkungan di sekitar. Saya tahu ibu juga pasti sangat sedih.
Pengalaman ini memberikan tantangan yang serius bagi saya. Terutama kehidupan spiritual saya semakin hampa.
Kehampaan itu juga memaksa saya untuk hidup semau saya. Doa dan iman kepercayaan saya dalam sekejap hilang, lenyap, sirna begitu saja.
Saya juga memahami bahwa ini juga pengaruh dari ilmu filsafat yang saya pelajari di dunia kampus. Di mana dalam belajar ilmu filsafat tentunya selalu bertolak belakang dengan kehidupan rohani/spiritual (Teologi).
Saya pun mulai menulis novel, buku biografi tokoh publik, puisi, cerpen, dan ribuan artikel yang sudah saya publikasikan ke media. Kepercayaan diri saya pun meningkat. Lalu, saya mencoba untuk melamar ke media.
Berkali-kali saya gagal masuk Media. Padahal menjadi Jurnalis adalah cita-cita saya. Namun, kenyataan yang saya alami di lapangan selalu tidak seindah dan semenarik imajinasi.
Jujur saya sudah gagal di beberapa Media, ya awalnya saya rasa, barangkali saya tidak punya passion di sana. Apalagi persyaratan masuk Media juga minimal Diploma. Padahal saya hanya tamatan SMA, jauh dari ekspektasi pemilik Media.
Akhirnya saya duduk dan merenungi/merefleksi kehidupan saya yang membawa saya pada kepercayaan “Tuhan tidak akan kasih apa yang kita inginkan. Tapi, Tuhan kasih apa yang kita butuhkan – Fredy Suni.
Kemungkinan kita memiliki peluang yang kecil untuk mencapai apa yang kita inginkan. Sebagai pendekatan kontekstual, gini deh, kita sudah menulis dengan sepenuh hati. Harapannya adalah bisa masuk label pilihan, atau menjadi artikel utama. Namun, tak kunjung kita dapatkan ekspektasi itu. Lalu kita sedih, kadar atau semangat berjuang kita terkikis oleh harapan kita yang tak sesuai ekspektasi.
Tuhan jauh lebih mengenal kita, bahkan lebih dari kita mengenal diri sendiri.
Terbaik menurut kita, belum tentu menurut Dia.
Kita manusia berpegang pada prinsip bahwa pemenuhan keinginan itu adalah kebahagiaan, tak menyadari justru itu sumber derita.
Sebaliknya kalau tujuan hidup kita mencari kebahagiaan maka pada akhirnya tidak akan bertemu juga.
Alangkah indahnya bila dapat hidup pada ketaktahuan akan apa yang harus dilakukan.
Kita sadar juga bahwa orang lain berhak mendapatkan kesempatan itu. Ya, karena di sanalah Tuhan sudah mempersiapkan kemampuan yang sepadan dengan perjuangan mereka. Sementara, kita yang belum mendapatkan kesempatan itu, tentunya kita harus bekerja lebih ekstra lagi. Yang terpenting kita membuka kelima panca indera kita untuk menyadari hal apa yang sudah kita raih dalam sebulan, setahun. Itulah berkat yang Tuhan sediakan untuk kita.
Bila flashback mengenai kehidupan selama ini, tentunya saya sudah menerima berkat dari Tuhan, berupa 6 karya yang sudah saya terbitkan di Media Cetak. Bukankah ini adalah hadiah dari apa yang saya butuhkan? Bila saya ngotot untuk mendapatkan apa yang saya inginkan, saya akan menemui masalah.
Tugas Kita Adalah Terus Mencari
Tafenpah.com |
Meminjam istilah para Filsuf Yunani bahwa jangan mencari apa yang sudah terkandung di dalamnya. Artinya kita jangan mencari kebahagiaan yang sudah kita dapatkan dari Tuhan. Karena semakin kita mencari keinginan kita, penderitaanlah yang kita dapatkan.
Tapi, saya juga menyadari bahwasan kita tak pernah puas dengan apa yang kita dapatkan. Ya, karena kodrat kita adalah mencari.
Wes, kita bermain di ranah filsafat ya, sobat. Tapi, nex time sajalah sobat. Karena filsuf Plato dalam etika Nikomachea mengatakan bahwa, pencarian tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan.”
Begitu pun saya dan anda tak akan berhenti di sini untuk mengejar apa yang belum kita raih. Saya pun sudah lama mencari apa yang saya cari, dan saya sudah menemukan apa yang saya butuhkan yakni bekerja di bidang yang saya sukai sebagai seorang Wartawan/Jurnalis.
Selain menjadi Wartawan, saya juga masih hobi menulis buku, mengembangkan blog saya Tafenpah, menulis di Kompasiana, menangani publikasi di Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta.
Sobatku, jika tertarik untuk berbagi kisah perjalanan kamu, silakan hubungi saya melalui email: Tafenpahtimor@gmail.com, Freddysuny18@gmail.com, Instagram: @Literasi_Tafenpah, @Suni_Frederikus atau pun bisa hubungi saya melalui nomor WhatsApp: 082140319973.
Posting Komentar untuk "Tuhan Kasih Apa Yang kita Butuh, Bukan Yang Kita Inginkan!"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat