Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cikal Bakal Lahirnya Pers Mahasiswa di Tafenpah

Ilustrasi mahasiswa yang sementara meliput kegiatan di luar kampus.Epicentrum

Penulis: Fredy Suni

TAFENPA.com - Hi sobat kampus, perkenalkan saya Frederikus Suni adalah Jurnalis Metasatu, Founder Tafenpah, Konten Kreator Kompasiana, Pep News, Terbitkanbukugratis, Penulis Novel, Biografi, blogger, copywriter dan Humas Universitas Dian Nusantara, Influencer, dan Pegiat Literasi Digital.


Saat ini saya kuliah lagi di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta, semester 1.


Saya juga pernah kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. Namun, pada tahun 2019, saya memutuskan untuk berhenti kuliah, sekaligus keluar dari Seminari Tinggi Societas Verbi Divine atau Kongregasi Internasional terbesar di Indonesia dan pengirim Misionari terbesar di seluruh Benua.


Lalu, apa hubungan dengan tema di atas? Tentu saja masih memiliki hubungan yang erat. Di mana sejak kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang, saya sudah bersentuhan dengan pers.


Selain itu, di dalam kehidupan membiara (Katolik), kegiatan jurnalistik itu harus dipelajari dengan cara menulis diary (catatan harian) dan refleksi untuk mencari keseimbang hidup dari banalitas/kesibukan harian.


Menulis dan membaca adalah menu istimewa setiap hari bagi saya dan rekan-rekan seperjuangan. Lalu, seiring dengan berjalannya spiral waktu, saya mulai menulis Novel pertama saya yang berjudul “TERJEBAK.” 


Kemudian, saya mulai mendalami ilmu Jurnalistik dengan bergabung menulis sebagai blogger atau penulis di Kompasiana.


Kompasiana adalah platform blog terbesar di Asia Pasifik. Kompasiana didirikan oleh Wartawan Senior Kompas yakni Pepih Nugraha.


Pepih Nugraha juga merupakan mentor Jurnalistik saya ketika masih studi di Arkademi pada bulan Juni 2020.


Setelah keluar dari studi Jurnalistik, saya kembali menulis di Kompasiana, dan menulis Novel kedua saya yakni “SUPEREGO.”


Lalu, pada bulan Januari 2021 saya kembali menerbitkan satu buku lagi yakni “JEJAK AKSARA.” Bulan April saya mendapatkan tawaran dari salah satu mantan Direktur Perusahaan asal Korea Selatan dan Dosen di salah satu Universitas Internasional di Jakarta untuk menuliskan biografinya dalam bentuk buku. Judul bukunya adalah “PEREMPUAN TANGGUH, PERAIH MASA DEPAN.”


Sayang, dosen tersebut sampai hari ini tidak ada kejelasa, alias ia meng-ghosting saya. Ya, itulah sekelumit kegagalan saya. Namun, naskahnya masih utuh di dalam file laptopku.


Saya pun terus menulis di Kompasiana dan beberapa media online lainnya. Lalu, di waktu luang, saya menulis beberapa buku lagi yang belum bisa diterbitkan. Karena saya masih melihat dan membaca arah pasar. Apakah saya harus menerbitkannya dalam bentuk digital atau tetap cetak? Yang pasti semuanya masih absurd atau tidak jelas.


Mengembangkan Tafenpah

Pelatihan Jurnalistik bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta

Tafenpah yang kini, dulunya tidak ada apa-apa. Bahkan saya pernah frustrasi, karena saya dua kali ditolak oleh Google Adsense atau iklan.


Sebagai blogger, tentunya saya berharap blog Tafenpah bisa diterima untuk menayangkan iklan sebagai sumber pendapatan blog.

Akan tetapi, melaui diskusi dan sharing yang begitu panjang bersama rekan-rekan bloger, penulis, dan orang-orang yang saya anggap lebih paham dengan dunia bloging, saya pun mendapatkan inspirasi untuk terus menulis.


Setelah pengajuan ke google adsense atau perusahaan iklan yang ketiga, saya pun dinyatakan layak. Artinya blog Tafenpah kini sudah memiliki penghasilan. Tetapi, masih sedikit.


Berkat blog Tafenpah, saya mendapatkan jobs dari berbagai lintas praktisi perhotelan, akademik, dan lainnya.


Saya pun mendapatkan kerja di kampus saya Universitas Dian Nusantara sebagai Copywriter dan Hubungan Masyarakat (Humas).


Saya merasa bangga, karena saya masih mahasiswa, tetapi saya diberikan ruang oleh Universiats untuk mengeksplorasi kemampuan, sambil terus memperkaya diri dengan rekan-rekan yang sudah tahu banyak hal di lingkungan kerja.


Setelah kerja sebulan, saya pun kembali mendapatakan berkat dari salah satu media rintisan yakni Metasatu sebagai Reporter di situ.


Saya pun mendapatkan Kartu Pers dan saya bekerja di bawah UU 40 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Pers.


Sebagai Jurnalis Liputan Nasional (Kominfo dan berbagai Kementerian dan DPR RI Senayan) relasi saya pun semakin terbuka.


Saya mulai mengenal tokoh-tokoh Politik Nasional yang sebelumnya saya hanya melihat dan mendengar mereka dari balik layar televisi.


Sekarang saya bisa berkomunikasi dengan mereka secara langsung dan terus belajar untuk memperkaya diri dengan softskill dan hardskill demi perkembangan karier saya ke depan, setelah menamatkan kuliah dari Undira.


Lalu, Bagaimana dengan Pers Mahasiswa?

Rekan-rekan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Univeristas Dian Nusantara.Tafenpah.com

Tentu saja, sebagai Jurnalis yang sedikit demi sedikit mendapatkan ilmu Jurnalistik dari berbagai Wartawan senior tanah air, saya pun berkeinginan untuk mendirikan satu website lagi seputar PERS Mahasiswa.


Akan tetapi, sepertinya hal itu tidak mungkin, karena ada beberapa pertimbangan di antara;

Saya mahasiswa kelas karyawan yang memiliki pekerjaan juga. Saya tidak mungkin menghabiskan hari-hariku di balik organisasi ini.

Saya menyadarai keterbatasan sumber daya manusia dan finansial untuk membutuhkan sarana dan prasarana

Saya menyadari bahwa saya masih semester 1 yang tidak tahu apa-apa di Kampus

Apakah Univeristas Dian Nusantara, terutama Rektor dan Pemilik Undira, Yayasan Dian Asra bisa mengizinkan saya?

Banyak mahasiswa yang takut dan pesimis untik mengambil peluang atau pun tidak memiliki minat di bidang jurnalistik

Dan berbagai kendala yang akan menghambat mimpi besar saya ini.


Padahal, dari sisi peluang PERS MAHASISWA merupakan organisasi yang dapat menguntungkan bagi mahasiswa UNDIRA, khususnya bagi mereka yang tertarik pada dunia Jurnalisk.


Karena dalam organisasi ini, kita akan melakukan banyak hal, mulai dari liputan di Kampus, dan luar Kampus yang akan terus memberikan ilmu dan pengalaman yang dibisa digunakan saat sudah terjun di dunia kerja.


Kemarin saya sempat membaca seputar PERS MAHASISWA di beberapa media yang mengatakan bahwa organisasi ini sudah banyak melahirkan Jurnalis-Jurnalis yang handal di media besar tanah air. Karena pengalaman mereka sudah terlatih selama di dunia Kampus.


Ya, meskipun organisasi ini tidak seperti Jurnalis yang memiliki payung hukum UU 40 tahun 1999. Tetapi, melalui UU Perguruan Tinggi No.12 Tahun 2012 Jurnalis Kampus juga bekerja sesuai dengan kode etik Jurnalistik.


Langkah terakhir yang saya ambil adalah mendirikannya di dalam blog saya sendiri TAFENPAH. Tujuannya saya bisa dengan leluasa mengembangkannya.


Jika ke depan ada rekan Mahasiswa dan Dosen dari berbagai Universitas di Indonesia dan Luar Negeri yang ingin berkontribusi di dalamnya, ya saya akan dengan senang hati untuk bekerja sama dengan para mentor-mentor yang sangat luar biasa di dalam bidangnya masing-masing.


Salam Literasi Jurnalistik











Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

4 komentar untuk "Cikal Bakal Lahirnya Pers Mahasiswa di Tafenpah"

Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih


Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat